Cerita Eka CEBER - Satu Sansekerta

EKA (satu sansekerta) CEBER

Cerita ini di kirim oleh sahabat kita elmail. Cerita yang menurut saya sangat bagus sekali. Terimakasih atas kirimannya, dan di tunggu lagi temen - temen yang ingin berbagi cerita di mejapustaka.

Sore itu, matahari terbenam tak sempurna seperti biasa lagi, suasana
sore dengan suhu udara minus 10 å (Derajat suhu setara dengan
celcius). Suhu yang ekstrim juga membuat udara dingin menusuk hingga
ke tulang. Ekstrimnya suhu di tanggapi biasa saja oleh masyarakat di
pelosok kerajaan Atlantis itu. Sepekan sebelumnya pemerintah kerajaan
Atlantis telah mengumumkan bahwa bumi telah memasuki jaman Es. Begitu
juga dengan Mageha, yang tidak peduli degaan cuaca yang ekstrim sore
itu.

Mageha ialah wanita paruh baya yang tengah mengandung anak sulungnya
mungkin karena ia tinggal jauh dari pusat perkotaan sehingga Ia tidak
mengetahui dampak cuaca ekstrim yang sendang melanda bumi itu, dapat
berakibat buruk terhadap anak yang sedang di kandungnya. Semua itu
dapat di maklumi karena Mageha adalah calon Ibu yang tidak
berpendidikan tinggi meski kerajaan yang di huninya maju dalam bidang
pertanian, astronomi dan ilmu hitung.

Hidup di desa terpencil jauh dari pusat kota itulah potret kehidupan
keluarga Mageha meski begitu ada impian besar di dalam jiwanya. Dia
ingin agar anak yang di kandungnya kelak tak senasip denganya. Mageha
menikmati suasana sore itu dengan duduk di teras depan rumah sambil
berhayal. Beberapa saat kemudian hayalanya terusik, Dia mulai
merasakan sakit sepertinya itulah tanda bahwa Ia akan segera
melahirkan. Rasa sakit itu semakin merasuki dirinya.

Sambil menahan rasa sakit yang menderanya, Mageha memanggil Bonadi
untuk memanggil dukun beranak. Bonadi tak lain ialah suami yang
sangat di cintai oleh Mageha, Bonadi juga sudah tidak sabar lagi untuk
menjadi seorang ayah. Dukun beranak adalah orang yang di memiliki
kemampuan dalam membantu proses persalinan. Sebenarnya pada masa itu,
di kerajaan Atlantis telah ada dokter khusus untuk bersalin tetapi
Bonadi tidak memiliki uang sebagai imbalan membayar dokter. Jadi
memanggil dukun beranak merupakan pilihan yang paling tepat.

Mendengar perintah dari istrinya itu, tanpa disuruh dua kali Bonadi
langsung meluncur dengan sepeda yang mereka miliki untuk memanggil
dukun. Bonadi dengan tergopoh-gopoh menggayuh sepedanya yang sudah
usang itu. Jarak yang di tempuh oleh Bonadi lumayan jauh untuk sampai
ke rumah sang dukun beranak, Akhirnya dengan sedikit perjuangan Ia
tiba juga di rumah sang Dukun.

%%%

Dukun beranak bersama Bonadi kini telah tiba di rumah Bonadi saat
mentari telah terbenam. Sang dukun beranak langsung mempersiapakan
diri untuk membantu proses persalinan Mageha. Setelah persiapan
selesai sang dukun masuk ke kamar, Bonadi tidak di perkenankan masuk
di kamar tempat istrinya melahirkan. Bonadi disuruh untuk menunggu di
luar kamar karena menurut adat di daerah itu, pamali jika suami
melihat prosesi kelahiran istrinya. Di depan pintau kamar bonadi
mondar-mandir menanti kelahiran Anak pertamanya. Bonadi menanti dengan
cemas Dia memikirkan bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada
anak dan istrinya. Namun, bonadi menepis semua itu dan menyerahkan
semuanya kepada yang Kuasa.

Tak lama Nga..nga..(suara bayi menangis)



Lamunanya kini terhenti Ia setelah mendengar tangisan bayi. Mendengar
tangisan itu, rasa cemas yang menyelimuti dirinya tadi, kini berubah
menjadi rasa bahagia yang menjalar di seluruh tubuhnya. Tentu saja
Bonadi bahagia karena malam itu Ia telah menjadi seorang Ayah. Tak
lama kemudian, terdengar bunyi pintu terbuka.



Selamat…. anakmu laki-laki gantheng(Tampan, sansekerata) sekali. Kamu
mau beri nama siapa ? ujar Dukun.



Bonadi berpikir sejenak, kemudian menjawab, Aku beri Dia nama Borneo
karena Aku yakin suatu saat nanti akan menjadi Bupati
Borneoadri(wilayah kabupaten tempat keluarga borneo tinggal).



Amiiin ….. jawab sang dukun.



Setelah berbincang-bincang, sang dukun beranak pamit pulang karena
masih ada yang keluarga lain yang ingin menggunakan jasanya.

%%%

Hari demi hari berlalu Borneo tumbuh menjadi anak yang cerdas, rajin
dan sopan santun. Tidak hanya itu, bahkan ketika usianya lima tahun ia
sudah terkenal ke seluruh kabupaten Borneoadri. Meskipun waktu itu ia
hanya terkenal sebagai juara satu lomba Garuda(Burung sansekerata)
berkicau sekabupaten Borneoadri.

Sejak kecil Borneo sudah tertarik untuk memelihara hewah, hewan yang
di peliharanya antara lain kucing, anjing, Garuda dan ayam. Namun
garudalah yang paling di sukainya karena ia sangat terpesona dengan
Garuda yang bisa terbang.

Meski hidup di keluarga sederehena tetapi Borneo bercita-cita agar
bisa sekolah di kota, karena pada saat itu sekolah hanya ada di
ibukota kabupaten. Maklum, Borneo dan keluarganya hidup ratusan ribu
tahun sebelum Masehi. Mereka masih beruntung karena di kota ada
sekolah untuk belajar. Bahkan Negara tetangganya belum memiliki
sebuah sekolah. Keinginan Borneo untuk sekolah di kota berjalan lancar
karena kedua orang tuanya mendukung cita-cita itu.

%%%

Borneo ialah anak yang penurut, Dia sangat patuh dengan perintah orang
tuanya. Pada usia empat belas tahun Borneo membantu Ayahnya ke laut
untuk menangkap ikan. Boreneo Sangat menikmati pelayaran mereka untuk
mencari ikan. Ditengah perjalanan Ayah Borneo kemudian berteriak
menyuruh awak kapal.

Turunkan layarnya…………………!!! di sini banyak ikan.

Borneo heran, di samudra yang luas, bagaimana bisa Ayahnya megetahui
tempat yang banyak ikan.

Ayah tau darimana, Kalau di sini banyak ikan ? Tanya Borneo.

Nak, tanda di suatu wilayah laut banyak ikan adalah banyak garuda
yang beterbanygan di atasnya. Jawab sang Ayah.

Kenapa begitu ? Borneo bertanya lagi.

Karena garuda ingin menangkap ikan dan garuda juga memiliki jarak
pandang lebih tajam dari manusia. Sehingga mereka dapat melihat ikan
yang sedang berenang di dekat permikaan air.

Ayah, kenapa garuda bisa terbang ?

Ayahnya menjawab lagi karena burung punya sayap yang digunakan untuk
terbang. Belum sempat menjelaskan lebih banyak, Ayah borneo beregegas
untuk membantu awak kapal mereka.

Kamu tunggu di sini, Ayah mau bantu yang lain menebar jaring.
perintah sang Ayah.

Borneo hanya duduk diam menuruti perintah Ayahnya.

%%%

Sepulang dari melaut, Borneo terus berpikir kenapa manusia tidak bisa
terbang. Tanpa sepengetahuan Ayahnya Borneo membuat sayap dari
daun-daun kering karena pada saat itu belum ada kantong plastik.
Setelah membuat sayap, ia langsung mencoba untuk mengibaskan sayap
seperti garuda. Namun, sanyang sekali hal itu tidak bisa membuatnya
terbang seperti garuda. Meski begitu Dia terus mencoba untuk
mengepakan sayap yang di buatnya itu tetapi lagi-lagi Dia harus kecewa
karena sayap yang di buatnya itu tidak bisa membwanya terbang.

Borneo ialah sosok yang cerdas, Dia memiliki banyak cara alternatif
untuk mencapai tujuanya. Berawal dari pengalamanya pertamanya yang
gagal Dia tetap konsisten untuk membuat agar manusia bisa terbang. Dia
melalui hari-harinya dengan terus berpikir untuk menciptakan sayap
yang bisa menerbangkan dirinya. Tanpa terasa Borneo telah berusia enam
belas tahun tetapi dia belum mampu menciptakan sayap yang bisa membuat
dirinya terbang.

Hingga pada suatu hari Borneo dan Ayahnya pergi ke kebun. Ketika
Mereka di kebun terjadi agin kencang sehingga menggugurkan daun-daunm
pohon yang telah layu. Ketika peristiwa itu terjadi Borneo seakan
mendapat jawaban atas apa yang di pikirkanya selama ini. Mulai saat
itu dia kemudian berpikir untuk menciptakan sesuatu yang bisa terbang
dengan kekuatan angin.

%%%

Boreneo kemudian mencari beberap daunyang telah layu, untuk dan
membuat tali dari kulit pepohan di kebun mereka. Hari itu merupakan
hari yang bersejarah dalam diri Borneo. Karana pada hari itu
eksperimenya berhasil dan dia mampu menciptakan layang-layang dari
daun-daun yang telah layu kemudian dia menerbangkanya dengan tali yang
terbuat dari kulit kayu. Berkat karya inilah, Borneo terkenal bahkan
sampai ke telinga Aji(Raja sansekerta) Atlas yang berada di Istana
kerajaan Atlantis.

Berkat karyanya itu Borneo mendapatkan hadiah sekolah gratis di kota
sunda, yang pada saat itu adalah ibu kota kerajaan Atlantis. Borneo
sangat bahagia saat mengetahui bahwa Ia mendapat hadiah untuk sekolah
geratis di sekolah istana. Sekolah di sekolah istana merupkan impianya
sejak kecil, yang selama ini Ia nantikan. Dia benar benar tak
menyangka bisa mendapatkan hadiah sesuai dengan impianya. Tepat di
usia yang ke tujuh belas tahun ia berangkat ke kota sunda untuk
bersekolah disana.

penulis : elmail

Cerita Eka CEBER - Satu Sansekerta

Klik Di sini untuk mengirim artikel di Mejapustaka
Description: Cerita Eka CEBER - Satu Sansekerta Rating: 4.5 Reviewer: Unknown ItemReviewed: Cerita Eka CEBER - Satu Sansekerta
Posted by:Aandoni
mejapustaka Updated at: 07.30

0 comments

Posting Komentar

Manfaat kan Kotak Komentar dan Blog ini Dofollow...